Pages

Lencana Facebook

Hubungan Daya Simpan Benih Dengan Wadah Simpan

Hubungan Daya Simpan Benih Dengan Wadah Simpan

Penyimpanan benih atau kelompok benih (lot benih) diharapkan dapat mempertahankan kualitas benih dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan lamanya penyimpanan. Pengemasan benih bertujuan untuk melindungi benih dari faktor-faktor biotik dan abiotik, mempertahankan kemurnian benih baik secara fisik maupun genetik, serta memudahkan dalam penyimpanan dan pengangkutan.
Penyimpanan benih pada ruang terbuka akan mengakibatkan benih cepat mengalami kemunduran atau daya simpannya menjadi singkat akibat fluktuasi suhu dan kelembapan. Hal ini karena ruang simpan terbuka berhubungan langsung dengan lingkungan di luar ruangan atau melalui jendela dan ventilasi. Oleh karena itu, benih yang disimpan dalam ruang terbuka perlu dikemas dengan bahan kemasan yang tepat agar viabilitas dan vigor benih dapat
dipertahankan.
Penggunaan bahan kemasan yang tepat dapat melindungi benih dari perubahan kondisi lingkungan simpan yaitu kelembapan nisbi dan suhu. Kemasan yang baik dan tepat dapat menciptakan ekosistem ruang simpan yang baik bagi benih sehingga benih dapat disimpan lebih lama. Prinsip dasar pengemasan benih adalah untuk mempertahankan viabilitas dan vigor benih, dan salah satu tolok ukurnya adalah kadar air benih. Menurut Barton dalam Justice dan Bass (1979), kadar air merupakan faktor yang paling mempengaruhi kemunduran benih. Lebih lanjut dikatakan bahwa kemunduran benih meningkat sejalan dengan meningkatnya kadar air benih.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Andy Risasmoko dengan judul penelitian pengaruh kadar air awal, wadah dan periode simpan Terhadap viabilitas benih suren (Toona sureni Merr) di Institute Pertanian Bogor (IPB) dapat diketahui bahwa untuk memperoleh tanaman yang baik maka perlu digunakan benih berkualitas baik. Mutu benih mencakup tiga hal yang tidak terpisahkan yaitu: mutu fisik, mutu fisiologis, dan mutu genetik. Benih suren merupakan salah satu benih yang sulit untuk disimpan, daya berkecambahnya mudah turun dan rendah persentase tumbuhnya. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor penting yang mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan, yaitu: kadar air awal, wadah dan periode simpan yang optimal untuk benih suren (T. sureni).
Analisis ragam terhadap wadah simpan benih suren berpengaruh sangat nyata (α=5%) terhadap daya berkecambah, vigor dan keserempakan perkecambahan. Wadah simpan aluminium foil memiliki rata-rata daya berkecambah (58,34%) dan keserempakan perkecambahan (22,60%) paling tinggi daripada wadah simpan besek (55,17% dan 20,60%) maupun kantong terigu (52,90% dan 18,93%). Hal ini dapat disebabkan oleh aluminium foil yang dapat menahan kelembaban relatif cukup tinggi, sehingga fluktuasi suhu dapat dikurangi. Kelembaban relatif yang tinggi menyebabkan pengeluaran kadar air benih relatif kecil, sehingga masa dormansi benih dapat diperpanjang.
Interaksi kadar air benih dengan periode simpan berpengaruh sangat nyata (α=5%) terhadap daya berkecambah dan keserempakan perkecambahan. Pada kadar air 11,38% dengan periode simpan 4 minggu rata-rata daya berkecambah 68,11% dan rata-rata keserempakan perkecambahan 24,44%. Kombinasi tersebut merupakan kombinasi terbaik untuk penyimpanan, karena setelah periode simpan 6 minggu daya berkecambah benih suren hanya 47,11%.
Interaksi wadah simpan dengan periode simpan sangat nyata(α=5%) terhadap daya berkecambah dan keserempakan perkecambahan. Benih suren dengan wadah simpan aluminium foil memiliki rata-rata daya berkecambah 67,67% dan rata-rata keserempakan perkecambahan 23,84% pada periode simpan 4 minggu. Kombinasi tersebut merupakan kombinasi terbaik, karena setelah periode simpan 6 minggu daya berkecambah dan keserempakan perkecambahan hanya 44,17% dan 14,34%. Untuk penyimpanan benih suren sebaiknya kadar air benihnya tidak perlu diturunkan dan disimpan dalam wadah kedap uap air, sehingga viabilitasnya tetap tinggi. Berdasarkan kadar air awal benih suren 11,38% (kadar air awal antara 10- 20%) dan penyimpanan hanya dapat dipertahankan sampai 4 minggu dengan daya berkecambah 70,33% maka benih suren dikategorikan ke dalam benih semi rekalsitran.
Dari hasil penelitian di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa wadah sangat berpengaruh terhadap daya simpan benih.

DAFTAR PUSTAKA
Mattjik, A.A. dan I.M. Sumertajaya. 2002. Perancangan Percobaan.
Jilid I. Edisi Kedua. IPB Press, Bogor.
Mugnisjah, W.Q., A. Setiawan, Suwarto, dan C. Santiwa. 1994. Panduan Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih. PT Raja Grafindo, Jakarta.
Rineka Cipta. 1986. Teknologi Benih. Pengolahan benih dan tuntunan praktikum. Rineka Cipta, Jakarta.

BUDIDAYA LADA DENGAN TIANG PANJAT


BUDIDAYA LADA DENGAN TIANG PANJAT

Pembudidayaan lada dengan tiang panjat memerlukan tahapan kegiatan antara lain, persiapan lahan, penanaman, pemupukan, dan perawatan. Tahapan kegiatan tersebut merupakan teknis budidaya yang harus dilakukan dengan baik.
A.PERSIAPAN LAHAN TANAMAN LADA
Teknis persiapan lahan untuk pembudidayaan lada berbeda-beda sesuai topografi dan jenis tanah. Bahkan pembukaan lahan baru dan peremajaan tanaman berbeda cara persiapan lahannya. Tahap-tahap persiapan lahan:
1.Pembersihan Lahan
Pembersihan lahan merupakan kegiatan awal dalam pengolahan tanah. Biasanya pada lahan bukaan baru sering ditumbuhi oleh segala jenis gulma, semak, dan pepohonan. Oleh karena itu, semak, gulma, dan pepohonan ini harus disingkirkan. Kegiatan ini dilakukan saat musim kemarau.
Untuk lahan yang ditumbuhi alang-alang dan pepohonan kecil, kegiatan pembersihan bukan hanya menebang pohon dan alang-alang, tetapi juga pembuangan tunggulnya. Namun bila lahan hanya ditumbuhi alang-alang, selain secara manual, cara kimiawi pun dapat dilakukan, yaitu dengan penyemprotan herbisida sistematik. Cara ini dilakukan bila vegetasi alang-alang cukup luas. Untuk lahan yang ditumbuhi hutan sekunder, pepohonan dibersihkan dengan cara ditebang, dibongkar tunggulnya, lalu dibakar.
2.Pengolahan Tanah Pertama.
Setelah bersih dari gulma, semak dan pepohonan, tanah dioalah dengan cara dicangkul, ditraktor, atau dibajak sesuai kondisi lahan. Lahan bervegetasi alang-alang dan pepohonan kecil diolah dua kali dalam waktu sebulan. Sementara lahan bervegetasi hutan sekunder diolah tiga kali dalam waktu satu bulan. Setelah diolah tanah dibiarkan selama dua minggu lalu digaru.
Setelah diolah, tanah diratakan dan dibagi menjadi beberapa petakan, misalnya beruuran 5m x 5m. Petakan dibuat supaya pengelolaan tanaman menjadi lebih mudah. Pembentukan petakan harus memperhatikan garis tinggi (kontur) dan kemiringan lahan. Derajat kemiringan tanah optimum untuk dibuatkan petakan adalag 15 derajat Celcius. Setiap petakan dilingkari oleh jalan dengan lebar sekitar satu meter. Selain jalan, perlu juga dibuat parit untuk drainase dengan kedalaman 60 cm dan lebar 40 cm. Parit berfungsi untuk mencegah terjadinya genangan dan memudahkan peresapan air kedalam tanah.
Pada lahan dengan kemiringan lebih dari 15 derajat, perlu dibentuk teras. Teras dibuat untuk mencegah terjadinya erosi. Lebar teras disesuaikan dengan kemiringan lahan. Pada umumnya teras dibuat selebar 200 cm tegantung topografi lahanya. Ada dua jenis teras yang dapat dibuat, yaitu teras individu dan teras bersambung. Teras individu dibuat pada lahan lereng dengan ukuran 2m x 2m dan dibuat miring kearah berlawanan dengan arah kemiringan lereng. Sementara teras bersambung dibuat bersambung sesuai garis kontur.
Selain dibuat teras, pada lahan kering juga harus dibuat lubang-lubang penampung air (rorakan) dibawah teras. Fungsi rorakan ini adalah untuk menampung air, memudahkan air hujan meresap kedalam tanah, menghindarkan genangan air, dan mencegah erosi. Rorakan dibuat setiap 12-24 cm dengan panjang 2 – 4 m, lebar 20 cm dan kedalaman 20 cm.
3.Pengolahan Tanah Kedua
Setelah dibuat petakan atau teras, tanah perlu diolah kembali sebelum dibuat lubang tanam. Pengolahan tanah kedua ini dilakukan dengan mempertimbangkan bentuk perakaran tanaman lada. Lada tidak berakar tunggang, tetapi dapat masuk kedalam tanah hingga 1-2 meter. Oleh karena itu pengolahan tanah tidak perlu terlalu dalam, cukup dilakukan pada tanah bagian atas. Yaitu pada ketebalan 30-35 cm.
Pengolahan tanah diawali dengan pencangkulan lapisan tanah atas sedalam satu cangkulan dan lebar. Tanah ini disisihkan kesamping, Lalu tanah lapisan berikutnya dicangkul hingga menjadi cerul atau gembur. Setelah gembur, masukan pupuk organik atau pupuk dasar berupa fosfat alam. Fosfat alam berfungsi menyediakan zat fosfat dalam jangka panjang dan memperbaiki kemasaman tanah. Setelah itu, tanah lapisan pertama dikembalikan keatas tanah lapisan kedua.Dengan cara inimaka lapisan top soil akan kaya bahan organic, cukup mengandung zat fosfat, gembur, tidak mengalami erosi, tidak mudah tergenang air dan tingkat kemasaman tanah menjadi lebih baik.Kondisi ini akan sangat menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman lada.
4.Pembuatan Bedengan
Setelah tanah diolah, lahan dibuat bedengan.Bedengan ini hanya dibuat pada tanah datar atau agak miring. Sementara pada tanah miring tidak perlu dibuat bedengan karena sudahberupa teras. Bedengan dibentuk dengan cara dibuat guludan-guludan. Jarak antar guludan sekitar 2 m dengan kedalaman sekitar 30 cm. Guludan juga berfungsi sebagai saluran pembuangan air. Dengan adanya guludan maka akan terbentuk bedengan-bedengan.
5.Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat ditengah bedengan. Ukuran lubang tanam bagian atas 35 cm x 35 cm hingga 40 cm x 40 cm. Sementara bagian bawah lubang menyempit. Jarak antar lubang tanam tergantung jenis panjat. Apabila panjat berupa tanaman hidup, jarak antar lubang 2,5 – 3,5 cm sesuai kesuburan lahan.Sementara bila panjat berupa kayu gelondongan , kayu ulin, atau tiang beton, jarak antar lubang cukup 2 m. Setelah lubang dibuat, campur tanah hasil galian dengan pupuk kandang. Lalu, campurkan tanah hasil galian dengan pupuk kandang. Lalu, campuran tanah ini ditimbun dalam lubang.
B.PERSIAPAN PANJAT TANAMAN LADA
Ada dua jenis panjat tanaman lada, yaitu panjat hidup dan panjat mati. Masing-masing panjat memiliki keuntungan dan kerugian tersendiri, disini saya hanya membahas tentang panjat hidup saja.
1.Panjat Hidup Lada
Panjat hidup berupa tanaman yang digunakan untuk memanjatkan tanaman lada. Panjatan hidup dapat ditanam beberapa bulan lada atau bersamaan dengan penanaman lada. Ada beberapa jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai panjatan, diantaranya dadap, lamtoro gung, kapok, dan kalikiria. Selain itu , ada juga yang menggunakan tanaman buah-buahan sehingga ada hasil tambahan dari panjatan hidup tersebut.
Dadap merupakan panjatan hidup yang paling disukai petani lada, terutama petani kecil. Alasanya karena pertumbuhannya tergolong cepat, mudah diperoleh, murah, dan dapat ditanam bersamaan penanamannya dengan penanaman bibit lada. Lamtoro gung memang belum banyak digunakan sebagai panjat tanaman lada. Namun, karena pertumbuhannya cepat dan kondisi tanamannya yang kuat maka lamtoro gung dapat dipertimbangkan sebagai panjatan. Aapalagi lamtoro gung menghasilkan daun yang cukup banyak dan dapat dimanfaatkan sebagai mulsa tanaman lada.
Kapok juga dapat digunakan sebagai panjatan karena perakarannya kuat. Hanya saja, karena perakarannya sangat kuat maka dikhawatirkan dapat mengganggu pertumbuhan lada. Kalikiria merupakan tanaman pagar hidup yang banyak dimanfaatkan sebagai penahan angin. Tanaman ini mudah membentuk batang pokok ganda maupun tunggal.Daun dan cabangnya udah dipangkas untuk memperkaya nitrogen tanah dan bahan organik. Pertumbuhan kalikiria sangat cepat dan dengan mudah ditanam dari stump biasa sepanjang sekitar satu meter, dengan diameter 3-5 cm. Oleh karena akar lateralnya cukup tebal maka dikhawatirkan akan mudah terjadi persaingan pertumbuhan akar.
C.PENAMAN TANAMAN LADA
Kegiatan awal proses penanaman adalah penyiapan bibit. Bibit paling baik adalah berupa setek. Panjang setek sekitar tujuh ruas. Setelah disiapkan,pada bekas galian lubanng tanam dibuat lubang barudengan ukuran 20 cm x 20 cm.
Selanjutnya bibit stek dimasukan kedalam lubang tanam dengan posisi dasar stek berada dibagian bawah hingga kedalaman sekitar 10-30 cm atau sekitar empat ruas. Setek diletakkan dengan posisi 45 derajat celcius mengarah ketiang panjat. Setelah itu lubang ditutup kembali dengan tanah halus. Usahakan penimbunan tanah agak diletakan agar posisi bibit menjadi kuat. Tanah yan ditimbun dibentuk agak cembung. Sementara sisa ruas setek dibagian luar lubang tanam diikat pada panjatan sementara atau permanen.
Umumnya musim tanam lada jatuh pada bulan November - Januari sehingga penyiraman bibit sesudah tanam bukan merupakan keharusan. Hanya saja pada periode tersebut dapat saja terjadi kekeringan.Tindakan yang dapat dilakukan agar bibit tidak mengalami kekeringan adalah penanaman lebih dari satu bibit. Untuk menghindari dari sinra matahari sementara agar tanaman tidak lay dan mati, perlu adanay pelindung bagi tanaman misanya berupa pakis andam atau resam.
D.PEMELIHARAAN TANAMAN LADA
Tujuan pemeliharaan tanaman lada secara keseluruhan antara lain untuk mengoptimalkan kondisi lingkungan dan produksi serta menjaga kondisi lahan dan tanaman. Adapun beberapa tindakan pemeliharaan tanaman adalah penjagaan kondisi lahan, pengaturan, pertumbuhan tanaman, pemangkasan, pemupukan, dan pengendalian hama penyakit.

DAFTAR PUSTAKA